Gambaran Umum Perusahaan
Sekitar
8-9 tahun yang lalu PT Frisian Flag Indonesia (FFI) masih menggunakan sistem
yang semi otomatis dimana kegiatan pengadaan barang, pengiriman dan transaksi
masih belum bisa dilakukan secara terintegrasi dan real time.
Pada
awalnya FFI menggunakan Prism sebagai sistem back office yang menopang proses
penjadwalan produksi dan purchasing order, tanpa menggunakan modul Material
Resource Planning (MRP). Hal ini yang menyebabkan user harus mengecek langsung
ke sistem untuk monitoring pengadaan barang, baru diputuskan kapan pengadaan
bahan baku dilakukan. Untuk urusan logistik dan transportasi digunakan submodul
terpisah, dimana jika ingin memproses laporan semua data harus dipindah ke
aplikasi keuangan terlebih dahulu.
Dapat
disimpulkan bahwa sistem ini jarang melakukan pengolahan proses dan lebih
banyak melakukan pencatatan saja. Sehingga banyak persoalan muncul karena
sistem yang kurang terintegrasi ini. Rantai produksi dan SCM, mulai dari
pengadaan hingga penjualan produk terhambat karena sharing informasi yang tidak
berjalan lancar. Apalagi untuk pelaporan yang cepat, sangat sulit dilakukan
mengingat data harus didownload dan diolah di aplikasi lain.
Untuk
dapat mengimplementasikan produksi dan SCM dengan baik, maka perusahaan susu
yang bermarkas pusat di Belanda ini memutuskan untuk memperbarui infrastruktur
IT nya dengan mengaplikasikan electronic-Supply Chain Management (e-SCM) yang
berjalan paralel dengan ERP untuk tahap awal. Selain itu juga dikembangkan
sistem secondary sales berbasis web untuk 150 distributor di Indonesia.
Di
tahun 2005 FFI mulai mengimplementasikan sistem ERP baru yaitu SAP untuk
menggantikan Prism. Dalam pelaksanaannya, FFI menunjuk konsultan dari Singapura
untuk membantu implementasinya. Dimulai dengan melengkapi data master hingga
data pendukung seperti Lead Time, Safety Stock, Order Point, Delivery Window
Time, dan lain-lain. Juga digunakan aplikasi middleware (EAI) untuk logistik
dimana proses pengiriman produk jadi hingga sampai ke tangan pelanggan akan
dihandle oleh bagian ini. Selain itu juga digunakan sistem bar code, jadi
setiap bagian produksi menghasilkan satu barang jadi maka otomatis akan muncul
label bar code nya sehingga mengurangi proses entry data. FFI membangun
jaringan wireless di seluruh pabriknya, sehingga data yang diterima pemindai
bar code dapat segera masuk ke dalam database.
Untuk
hubungan dengan mitra bisnis, FFI menerapkan sistem Collaborative Planning,
Forecasting and Replenishment (CPFR). Saat ini FFI dalam tahap akhir penerapan
sistem traceability dengan menggunakan pemindai bar code dan teknologi Radio
Frequency Identification (RFID) yang mencakup tahapan mulai penerimaan bahan
baku, produksi, hingga menghasilkan barang jadi.
Jaringan
Perusahaan-Perusahaan Yang Ada Pada Rantai Pasok
Jaringan
perusahaan yang terlibat di FFI cukup banyak. Dimulai dari perusahaan penyedia
hewan sebagai bahan baku susu, perusahaan pengemasan, pengadaan barang dan lain
sebagainya. Lalu ada juga bagian yang mengurus masalah order tracking, pemesanan
oleh para distributor, pengiriman barang dan penjualan.
Perangkat Lunak dan Modul Yang
Digunakan Pada Penerapan SCM
Modul
pelayanan pelanggan yang baik: market business intelligence, eksekusi logistik
(inventori/manajemen pergudangan dan manajemen distribusi), perencanaan
produksi berbasis pada tingkat konsumsi (consumption-based planning), serta
Supplier Relationship Management (SRM) dan e-procurement.
Semua
modul di atas harus terintegrasi, karena modul-modul itu menjadi pendukung
keberhasilan SCM Semua elemen tersebut harus terintegrasi. Ituakan menjadi
kunci keberhasilan SCM. APO juga sangat mendukung proses penjadwalan, jadi
pihak sales bisa memberikan info yang jelas kepada pelanggan tentang pengiriman
barang, lama pembuatan barang, dan semua jadwal yang berhubungan dengan
pelanggan.
Tgl : 05 November 2013
Jam akses : 22.00 PM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar